Kali ini kita akan mengexplore sungai
simpang, dari mulai hilir hingga ke Hulu, pagi hari sekali , di kala matahari
mulai merangkak naik, dengan sunrise
yang mempesona di tambah dengan keagungan jembatan panjang teluk melano yang
membelah sungai simpang menambah suasana tersendiri yang begitu indah.
Adapun jarak menuju sungai simpang
dari pusat kota sukadana hanya 18 Kilometer, dan dapat di tempuh dengan jalur
darat, menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.
Kami memulai perjalanan dari desa
penjalaan, menggunakan sampan berukuran sedang, atau yang biasa di sebut sampan
kato.
Di desa penjalaan ini pada umumnya
masyarakat hidup sebagai petani dan nelayan tradisional yang mencari ikan dan
udang di sepanjang sungai simpang.
Kami menyewa sampan kato kepada salah
seorang nelayan dengan harga yang cukup terjangkau,.. dan kami memulai
petualangan ini.
Di sepanjang sungai banyak para
nelayan tradisional mencari ikan dan udang dengan cara memancing ataupun menjala, mereka pada
umumnya berasal dari beberapa desa berbeda yang ada di sepanjang sungai
simpang.
Titik pertama kami sampai di muara sungai mata mata, yaitu salah satu dari anak dari
sungai simpang. di sini kami mencoba peruntungan untuk memancing.
Setelah beberapa saat kami menunggu,
akhirnya tarikan pertama kami, mendapatkan anak udang galah.
Kemudian perjalanan kami lanjutkan
kembali menuju kehulu, kali ini kami singgah kembali di muara sungai tanjung pelanduk, dimana di lokasi ini juga banyak
ikan dan udang.
Di sepanjang sungai sungai simpang,
juga terdapat tanaman pohon nipah yang biasa juga di manfaatkan masyarakat
untuk berbagai macam keperluan. Namun pohon nipah juga memiliki buah yang
memiliki cita rasa tersendiri, masyarakat lokal menyebut buah nipah ini dengan
nama buah tembatuk”.
Dari muara sungai tanjung pelanduk,
kemudian kami melanjutkan kembali perjalanan menuju sungai batu barat, di
lokasi ini sangat banyak sekali para nelayan tradisional melakukan aktivitas
memacing udang galah.
Tak ingin ketinggalan dengan moment
tersebut, kami kemudian ikut membaur dengan para nelayan dan bersam sama
melakukan aktivitas memacing.
Sungai batu barat, jika ke bawah akan
membelah hutan nipah dan bakau, mengantarkan kita ke muara sungai simpang yang
menuju ke laut, Sedangkan jika ke hulu mengantarkan kita pada sungai matan yang
juga banyak menyuguhkan pemandangan indah.
Sungai
ini memiliki lebar lebih 60 hingga 100 m, sungai ini berwarna cokelat namun
terkadang berwarna seperti merah tua.
Di
sepanjang sungai ini merupakan habitat
dari beberapa jenis primata, seperti Bekantan, Lutung dan Monyet ekor panjang.
Perjalanan berikutnya
kami terus menuju kehulu
dan kali ini singgah sejenak di sungai kubang yang masuk kawasan taman nasional
gunung palung. Dimana jika kita menyusuri sungai kubang ini akan bertemu dengan
bukit kubang, dimana bukit ini adalah rumah para satwa seperti orang utan dan
lain lain.
Sungai
kubang ini memiliki lebar kurang lebih 5 hingga 8 m dan semakin menyempit di
bagian hulunya.
Sepanjang
sungai ini kita dapat menikmati keindahan akar tanaman Gayam, Anggrek yang
bergelantungan di pepohonan, berbagai jenis burung dan kalau beruntung,
Orangutan dapat kita jumpai dalam perjaanan ini.
Di Bukit Kubang kita dapat menikmati keindahan alam,
dengan berkemah dan menyusuri jalur bukit yang sudah tersedia untuk menikmati
panorama hutan hujan tropis.
Kami kembali menyusuri sungai simpang menuju ke hulu, sejenak kami singgah kembali di
petilasan makam gusti panji yaitu raja kerajaan simpang yang terkenal gagah
berani menentang penjajahan belanda.
Pada masa dahulu, di sekitar pemakaman
ini merupakan sebuah kompleks istana, dan di sepanjang sungai ini juga terdapat rumah
rumah warga.
Untuk saat ini, Kompleks makam Gusti panji, hanya dapat kita akses melalui jalur Air. Di depan
makam ini, juga terdapat meriam yang di
beri nama bujang koreng.
Di kompleks pemakamn ini
sejenak kami berziarah dan menjatkan doa, sebelum melanjutkan kembali
perjalanan menuju kehulu di bukit
sekusur.
Kami
sampai di bukit sekusur pada malam hari, hal pertama yang kami lakukan,
adalah melakukan persiapan menginap dan memasak dengan lauk dari udang galah
yang telah kami pancing pada siang hari tadi.
Di pagi yang cerah, kami melanjutkan
aktivitas dengan berziarah di kompleks makam yang ada di bukit sekusur sambil
menikmati lebatnya hutan belantara yang ada di alam bebas.
Makam di bukit sekusur ini terletak di
dalam hutan, yang saat ini masuk wilayah desa lubuk batu, banyak makam makam
tua yang dapat di jumpai di sini, hal ini sekaligus menandakan jika pada zaman
dahulu di tempat ini pernah ada kehidupan.
Di sini kita juga dapat melakukan
aktivitas camping, serta melakukan jelajah hutan dan memancing, namun sangat di
sayangkan akhir akhir ini agak sulit mendapatkan ikan di sekitar lokasi ini,
karena air yang keruh yang di sebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
limbah perusahaan sawit serta penggunaan racun ikan.
0 Komentar