Kali ini
kita akan melihat dan mengeksplore kemegahan masjid usman al khoir sebagai
salah satu destinasi wisata religi yang ada di kayong utara.
Masjid Agung
Oesman Al-Khoir ini, dibangun tahun 2012 hinga 2016 pada masa pemerintahan
bapak H. Hildi Hamid sebagai Bupati kayong utara pertama, di atas lahan wakaf
dari Bpk Doktor. H. Oesman Sapta Odang, dan di resmikan oleh presiden joko
widodo pada tanggal 15 oktober 2016.
Masjid
Oesman Al-Khoir berukuran 50 x 50 meter dan mampu menampung hingga 3000 jemaah
sholat sekaligus, sedangkan untuk acara tabligh akbar dapat menampung hingga
5000 jemaah sekaligus. Dibangun dengan gaya arsitektur yang unik, mengikuti
desain arsitektur masjid di timur tengah.
Namun, lebih
spesifik interior dan eksteriornya, mengikuti masjid-masjid di Maroko.
Sedangkan kaligrafi yang menghiasai interior masjid didesain oleh imam Masjid
Agung Yogyakarta. Untuk membuatnya “mengapung” di atas air laut, tiang tiang
pancang masjid ini ditancapkan hingga sedalam 23 meter.
Makna Islami
dan adaptasi budaya lokal, terakulturasi dalam arsitektur masjid ini. Masjid
ini memiliki sembilan kubah. Ada satu kubah besar. Kubah ini menandakan Kubah
Rasullulah.
Ada kubah berjumlah empat. Maknanya, menandakan keempat Sahabat
Rasul. Yaitu, Abubakar, Umar, Usman dan Ali. Empat kubah itu dikelilingi empat
kubah lagi. Empat kubah ini menandakan empat mahzab. Yakni, Mahzab Hambali,
Hanafi, Maliki dan Syafii. Total kubah berjumlah sembilan tersebut,
melambangkan Wali Songo, penyebar agama Islam di Nusantara.
Filosofi
lain, masjid ini terapung di laut. Hal itu menyiratkan makna, asal usul
masyarakat Kayong Utara merupakan masyarakat pelaut. Masyarakat nelayan.
Masyarakat bahari yang menjunjung tinggi filosofi kebahariannya.
0 Komentar